THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 23 April 2010

-Bumi Semakin Memprihatinkan

Bumi Yang Semakin Memprihatinkan

Kalau kita lihat bersama, kondisi bumi kita semakin lama semakin mengenaskan. Mengapa ? Itu disebabka karena tercemarnya lingkungan dari efek rumah kaca (greenhouse effect) yang menyebabkan global warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon hingga hilangnya hutan tropis. Semua jenis polusi itu rata-rata akibat dari penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, uranium, plutonium, batu bara dan lainnya yang tiada hentinya. Padahal kita tahu bahwa bahan bakar dari fosil tidak dapat diperbaharui, tidak seperti bahan bakar non-fosil. Bisa dikatakan bahwa bahan bakar merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaruhi.

Dengan kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan, gerakan hemat energi merupakan keharusan di seluruh dunia. Salah satunya adalah dengan hemat bahan bakar, dan menggunakan bahan bakar dari non-fosil yang dapat diperbaharui seperti tenaga angin, tenaga air, energi panas bumi, tenaga matahari, dan lainnya. Dunia pun sudah mulai merubah tren produksi dan penggunaan bahan bakarnya, dari bahan bakar fosil beralih ke bahan bakar non-fosil, terutama tenaga surya yang tidak terbatas.


Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan dataran bumi, yang disebabkan oleh banyak hal namun yang paling mendominasi adalah efek rumah kaca, efek umpan balik dan variasi matahari. Pemanasan global memberikan banyak sekali efek negatif, salah satunya yang saat ini kita bisa rasakan adalah perubahan cuaca dan iklim yang ekstrim.

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca. Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di udara:

adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung:

Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Selasa, 20 April 2010

Gempa bumi besar Hanshin

-Gempa bumi besar Hanshin-



Bekas kerusakan gempa bumi Hanshin di Taman Peringatan Gempa Bumi kota Kobe

Gempa bumi besar Hanshin-Awaji (阪神・淡路大震災 Hanshin-Awaji daishinsai) adalah gempa bumi yang terjadi di Jepang pada tanggal 17 Januari 1995 pukul 5:46:42 pagi dengan episentrum di sebelah utara Pulau Awaji yang terletak di bagian selatan Prefektur Hyogo. Gempa bumi disebabkan oleh tiga buah lempeng: lempeng Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Eurasia yang saling bertabrakan. Gempa bumi yang berlangsung selama 20 detik ini mengakibatkan kerusakan besar kota Kobe yang terletak sekitar 20 km dari pusat gempa.

Gempa bumi memakan korban jiwa sebanyak 6.433 orang yang sebagian besar merupakan penduduk kota Kobe. Gempa bumi besar Hanshin-Awaji merupakan gempa bumi terburuk di Jepang sejak Gempa bumi besar Kanto 1923 yang menelan korban jiwa 140.000 orang.

Gempa bumi besar Hanshin-Awaji menimbulkan korban jiwa dan kerusakan dalam skala besar di daerah Hanshin (Kobe, Ashiya, Nishinomiya, Takarazuka, Amagasaki, Itami), pulau Awaji, dan kota Toyonaka yang terletak di Prefektur Osaka.

Gempa bumi berkekuatan sampai 7,2 pada skala Richter di beberapa tempat di daerah Hanshin dan pulau Awaji. Getaran juga masih dapat diukur di Iwaza (Prefektur Fukushima) yang terletak di Jepang bagian utara, serta Kagoshima dan Nagasaki yang terletak Jepang bagian barat.

Kamis, 15 April 2010

Pemanasan global

Anomali temperatur permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada temperatur rata-rata dari 1940 sampai 1980

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Lingkungan hidup


Banyak perhatian dicurahkan untuk mempertahankan lingkungan alami Air Terjun Hopetoun, Australia, sembari mengijinkan pengunjung untuk menikmatinya.
Bachalpsee di Pegunungan Alps Swiss; biasanya daerah bergunung-gunung lebih jarang dicemari oleh aktivitas manusia.

Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Lawan dari lingkungan hidup adalah lingkungan buatan, yang mencakup wilayah dan komponen-komponennya yang banyak dipengaruhi oleh manusia.